Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, baru-baru ini mengumumkan bahwa uji jalan untuk bahan bakar minyak biodiesel B50 telah dimulai. Rencana pemerintah untuk menerapkan B50 pada tahun depan bertujuan untuk meningkatkan kemandirian energi nasional.
Menurut Airlangga, proses ini akan berlangsung selama enam bulan ke depan. Pelaksanaan uji jalan ini diapresiasi sebagai langkah positif untuk mendorong penggunaan sumber daya lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap BBM impor.
Pemerintah juga telah melaksanakan program B40 sejak awal tahun 2025, menggantikan program sebelumnya, B35. B50, yang merupakan campuran setengah solar dan setengah crude palm oil, diharapkan mampu mendukung tujuan tersebut.
Airlangga menjelaskan bahwa penerapan B50 memerlukan banyak pasokan CPO. Oleh karena itu, ia menyatakan perlunya Rapat Kerja Nasional dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan untuk mendiskusikan rencana ini secara lebih mendetail.
“Kami akan jadwalkan Rapat Komrah, tetapi ‘road test’ sudah dimulai,” ucapnya menambahkan tentang progres implementasi kebijakan tersebut.
Pentingnya Uji Coba B50 Untuk Kelancaran Kebijakan Energi
Uji coba B50 mencakup sejumlah kendaraan dan mesin, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Pengetesan dilakukan pada berbagai jenis kendaraan, termasuk lokomotif dan mesin kapal, untuk memastikan efektifitas penggunaan biodiesel ini.
“Uji coba dilakukan di berbagai mesin, termasuk genset di pembangkit listrik tenaga uap,” tambah Eniya Listiani Dewi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi masalah teknis yang mungkin timbul selama penerapan B50.
Meski B50 menjadi fokus utama untuk tahun 2026, opsi untuk menerapkan B45 juga sedang dipertimbangkan. Hal ini karena kebutuhan akan FAME, yang merupakan komponen penting dari biodiesel, dapat mempengaruhi jumlah pasokan yang tersedia.
Ketersediaan FAME untuk B45 diprediksi mencapai 17 juta kiloliter, sedangkan untuk B50 diperlukan 19 juta kiloliter. Saat ini, produksi FAME diharapkan mencapai sekitar 15,6 juta kiloliter pada tahun 2025.
Target Pencapaian Implementasi Kebijakan Biodiesel
Perkembangan pelaksanaan B40 dalam delapan bulan pertama tahun ini menunjukkan hasil yang menjanjikan. Sampai dengan September, penerapan B40 telah mencapai target 10 juta kiloliter, atau sekitar 65 persen dari total yang ditargetkan 15,6 juta kiloliter.
Dengan adanya pencapaian tersebut, pemerintah optimis dalam melanjutkan rencana implementasi B50. Hal ini dinilai penting untuk meningkatkan penggunaan sumber daya domestik dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Dalam upaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan, pemerintah juga berkomitmen untuk menjaga kualitas bahan bakar yang dihasilkan. Pengawasan yang ketat diharapkan mampu menghindari masalah yang mungkin muncul di lapangan.
Implementasi kebijakan B50 tidak hanya bertujuan untuk pemenuhan energi dalam negeri, tetapi juga untuk mengurangi dampak lingkungan akibat penggunaan BBM fosil. Langkah ini sejalan dengan upaya global dalam menghadapi masalah perubahan iklim.
Kendala dalam Penerapan B50 dan Solusinya
Saat mengimplementasikan B50, perlu dicatat bahwa ada potensi kendala teknis yang harus dihadapi. Salah satu masalah yang mungkin muncul adalah potensi kerusakan mesin diesel akibat tingginya titik nyala pada biodiesel.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan penyesuaian teknis pada mesin-mesin yang akan menggunakan B50. Proses ini perlu dilakukan agar kendaraan dan mesin tetap berfungsi secara optimal.
Pemerintah dan instansi terkait akan terus memantau dampak penerapan B50 di berbagai sektor. Hal ini bertujuan untuk memastikan semua kendaraan dan mesin dapat beroperasi dengan baik tanpa mengalami masalah teknis.
Upaya ini diharapkan dapat memberikan hasil yang positif dalam meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi ketergantungan pada sumber bahan bakar impor. Dari segi lingkungan, pemakaian biodiesel juga diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan emisi karbon.