Minggu, 9 November 2025 – 00:10 WIB. Kegiatan belajar-mengajar di SMA Negeri 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, akan terus dilanjutkan meskipun adanya insiden tragis yang terjadi baru-baru ini. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, menegaskan perlunya penyesuaian metode pengajaran untuk memastikan kenyamanan dan keamanan siswa.
Menurut Arifah, komunikasi dan diskusi antara Kementerian PPPA, lembaga terkait, dan Pemerintah Provinsi Jakarta sedang berlangsung untuk menemukan pola pembelajaran yang tepat. Pendekatan yang diambil akan mempertimbangkan kondisi psikologis siswa, guru, dan orang tua, terutama setelah peristiwa yang mengguncang tersebut.
Arifah juga menegaskan pentingnya pendampingan bagi semua pihak yang terlibat, bukan hanya untuk siswa, tetapi juga untuk orang tua dan tenaga pendidik. Pendampingan ini tidak akan bersifat sementara, melainkan berkelanjutan agar semua bisa menjalani proses pemulihan secara maksimal.
Pentingnya Pendampingan Psikologis Pasca Insiden di SMA 72
Setelah terjadinya ledakan, wajar jika anak-anak dan para orang tua merasa cemas dan khawatir. Arifah menekankan bahwa respons yang cepat dan efektif sangat dibutuhkan demi menghilangkan rasa trauma yang mungkin dialami oleh siswa. Pendampingan oleh tim Kementerian PPPA diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan mental mereka.
Keberadaan tim pendampingan juga dimaksudkan untuk menciptakan atmosfer yang lebih positif di lingkungan sekolah. Dalam situasi krisis seperti ini, peran guru dan psikolog sangat penting untuk membantu siswa merasakan kenyamanan dan keamanan saat belajar kembali. Komunikasi yang baik antara semua pihak akan sangat mendukung proses tersebut.
Arifah menambahkan bahwa sistem belajar-mengajar yang baru ini rencananya akan mulai diterapkan pada hari Senin mendatang. Salah satu hal yang ingin ditekankan adalah perlunya aktivitas belajar yang fleksibel, mengingat keadaan mental siswa yang masih rentan.
Timeline Peristiwa Tragis di SMA 72
Pada Jumat, 7 November 2025, sekitar pukul 12.15 WIB, ledakan terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta yang berlokasi di Kelapa Gading. Insiden tersebut terjadi ketika siswa dan guru sedang menjalankan ibadah sholat Jumat di masjid sekolah. Ledakan yang mengejutkan ini disusul oleh suara letusan kedua yang membuat situasi semakin tidak terkendali.
Menurut saksi mata, ledakan pertama terdengar saat khotbah sedang berlangsung dan langsung diikuti oleh ledakan yang terjadi di arah yang berbeda. Akibatnya, suasana panik melanda sekolah dan banyak siswa serta guru yang berlarian mencari perlindungan.
Data dari Posko Pelayanan Polri menunjukkan bahwa total korban yang dirawat di berbagai rumah sakit hingga Sabtu pagi mencapai 96 orang. Saat ini, pihak berwenang masih melakukan investigasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab pasti dari ledakan tersebut.
Kondisi Korban dan Tindak Lanjut Pihak Berwenang
Berdasarkan laporan dari tiga rumah sakit yang menangani para korban, terdapat 43 pasien yang dirawat di RS Islam Cempaka Putih. Dari jumlah tersebut, 14 orang dirawat inap sementara 29 sudah diperbolehkan pulang. RS Yarsi juga menangani sejumlah pasien, dengan 15 pasien di mana 14 di antaranya dirawat inap.
RS Pertamina Jaya juga tidak kalah sibuk, merawat tujuh pasien, di mana satu di antaranya masih dalam perawatan intensif. Secara keseluruhan, 67 pasien telah diperbolehkan pulang, dan proses pemulihan untuk 29 pasien lainnya masih berlangsung di rumah sakit.
Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini dengan seksama dan berusaha mengumpulkan lebih banyak informasi untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Komunikasi yang baik dan transparansi informasi menjadi prioritas agar masyarakat merasa tenang pasca kejadian tragis ini.
Harapan Akan Keamanan di Lingkungan Pendidikan
Dengan adanya pendampingan dan perhatian dari berbagai pihak, diharapkan para siswa dapat kembali merasa aman dan nyaman bersekolah. Arifah menekankan bahwa pendidikan tidak hanya tentang ilmu, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang aman bagi para siswa.
Proses pemulihan bagi semua korban akan menjadi prioritas utama, terutama bagi anak-anak yang masih muda dan rentan. Semua upaya yang dilakukan diharapkan dapat mempercepat keberhasilan pemulihan mental mereka dari trauma yang dialami.
Dalam waktu dekat, pemerintah juga akan mempertimbangkan langkah-langkah pencegahan yang lebih baik untuk menghindari insiden serupa terjadi di masa mendatang. Keselamatan siswa harus menjadi perhatian utama bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.











