Pada akhir kuartal III tahun 2025, situasi keuangan di sektor perbankan menunjukkan perkembangan positif. PT Bank Danamon Indonesia Tbk telah mengumumkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp 2,8 triliun, meningkat 21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menandakan bahwa Bank Danamon mampu menjaga kinerja yang baik meskipun tantangan di pasar keuangan global masih ada.
Direktur Utama Bank Danamon, Daisuke Ejima, menjelaskan bahwa pertumbuhan laba tersebut didukung oleh penurunan biaya kredit yang signifikan sebesar 18 persen year-on-year. Selain itu, pemberian pinjaman dan penghimpunan dana mengalami pertumbuhan yang sehat, mencerminkan kepercayaan nasabah terhadap bank ini.
Ekspansi Bank Danamon di sektor perbankan tidak hanya berfokus pada profitabilitas, tetapi juga pada pengelolaan risiko yang hati-hati. Dengan komitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan, mereka terus mengimplementasikan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan yang ada.
Performa Keuangan yang Mengesankan di Kuartal Ketiga
Hingga bulan September 2025, Bank Danamon mencatatkan total pendapatan operasional konsolidasian sebesar Rp 14,4 triliun, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 1 persen dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan yang moderat ini tetap menggambarkan potensi pemulihan ekonomi yang stabil di Indonesia pasca-pandemi.
Pendapatan operasional sebelum pencadangan, atau yang sering disebut sebagai pre-provision operating profit (PPOP), meningkat sebesar 2 persen menjadi Rp 6,4 triliun. Ini adalah salah satu indikator yang menunjukkan kestabilan dalam operasi perbankan mereka.
Selain itu, margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang mencapai 6,9 persen memperlihatkan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya keuangan. Angka ini menjadikan Danamon semakin kompetitif di industri perbankan, yang ikut berkontribusi pada pertumbuhan laba bersih tahun ini.
Peningkatan Kualitas Aset dan Pengelolaan Risiko
Bank Danamon juga berhasil mencatatkan peningkatan kualitas aset yang signifikan, sesuai dengan rasio loan-at-risk (LAR) yang membaik sebesar 250 basis poin menjadi 9,0 persen. Hal ini menandakan bahwa bank ini berhasil mengelola risiko kredit dengan baik, meski di tengah tantangan ekonomi yang ada.
Rasio Non-Performing Loan (NPL) mengalami perbaikan, dengan rasio NPL bruto yang turun 20 basis poin menjadi 1,8 persen. Peningkatan ini menunjukkan bahwa bank telah berhasil mengurangi jumlah kredit bermasalah, suatu kinerja yang patut diapresiasi di sektor perbankan.
Di sisi lain, rasio cakupan NPL mencapai 274,9 persen, menjadikan Bank Danamon memiliki buffer yang cukup untuk menanggulangi potensi kredit macet di masa depan. Kualitas manajemen risiko ini menjadi salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas finansial bank.
Strategi Pertumbuhan Melalui Inovasi dan Kolaborasi
Bank Danamon terus berusaha untuk berinovasi dalam menghadirkan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Salah satu strategi yang dilakukan adalah melalui kolaborasi dengan perusahaan lain, seperti di sektor otomotif dengan Adira Finance. Hasil dari kolaborasi tersebut adalah pembiayaan sinergis sebesar Rp 1,5 triliun, meningkat 57 persen dibandingkan tahun lalu.
Inovasi dalam produk perbankan dan pelayanan kepada nasabah terus diutamakan. Bank Danamon juga memperluas jangkauan layanannya melalui digitalisasi, sehingga nasabah dapat mengakses berbagai layanan secara lebih mudah dan efisien.
Langkah-langkah strategis ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat posisi pasar tetapi juga untuk meningkatkan pengalaman pelanggan. Dengan memahami kebutuhan nasabah, Bank Danamon dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat di sektor keuangan.











