Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, mengemukakan pandangannya terkait penampilan kru maskapai yang bertugas mendampingi jemaah haji Indonesia. Ia menyatakan bahwa ada beberapa pramugari dari maskapai luar negeri yang mengenakan pakaian dengan potongan yang cukup minim, khususnya rok tinggi.
Pernyataan tersebut disampaikan Marwan dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI bersama Kementerian Haji dan Umrah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 28 Oktober 2025. Hal itu menimbulkan keprihatinan terkait kesesuaian penampilan kru maskapai dengan nilai-nilai budaya dan norma masyarakat Indonesia.
Dia menyoroti bahwa layanan pesawat yang dipilih ternyata menyewa kru yang hanya memberikan dua tempat bagi awak asal Indonesia. Hal ini menjadi sorotan karena tidak mencerminkan keberagaman dan karakter budaya nasional. “Hanya dibolehkan dua orang dari Indonesia. Semestinya lebih banyak yang terlibat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Marwan menyatakan bahwa pengelolaan dalam penyewaan pesawat tersebut perlu ditinjau kembali. Penampilan kru yang tidak sesuai dengan etika dan norma kesopanan di tanah air dikhawatirkan dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi jemaah yang berasal dari latar belakang yang beragam. “Ini harus menjadi perhatian kita,” katanya sambil menegaskan perlunya pembahasan lebih lanjut mengenai masalah ini.
Persoalan Etika dan Kesopanan dalam Layanan Penerbangan
Isu tentang kesopanan dan etika di dunia penerbangan bukanlah hal baru, terutama untuk penerbangan yang mengangkut jemaah haji. Mengingat sebagian besar jemaah berasal dari daerah-daerah dengan norma yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Penampilan yang kurang pantas dapat menciptakan ketidaknyamanan tersendiri.
Jemaah haji umumnya memiliki harapan tersendiri mengenai layanan yang mereka terima, yang semestinya mencerminkan nilai-nilai yang sesuai dengan agama dan budaya mereka. Dalam konteks ini, pemilihan kru yang mengenakan pakaian yang dianggap kurang sopan perlu dipertimbangkan lebih lanjut oleh pihak maskapai.
Apalagi perjalanan haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual. Faktor-faktor seperti penampilan dan sikap pramugari dalam memberi layanan dapat memengaruhi pengalaman spiritual jemaah. Oleh karena itu, hal ini perlu menjadi perhatian serius dari semua pihak terkait.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Layanan Haji
Pengelolaan sumber daya manusia dalam pelayanan haji perlu ditingkatkan. Memastikan bahwa awak pesawat terdiri dari individu yang memahami dan menghormati nilai-nilai budaya jemaah harus menjadi prioritas. Jika hanya dua orang dari Indonesia yang diizinkan bertugas, maka itu menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan representasi.
Marwan berharap agar pemerintah dapat mengeluarkan regulasi yang lebih ketat mengenai hal ini. Di satu sisi, penyewaan pesawat dari luar negeri mungkin memberikan segi efisiensi, namun di sisi lain, penting untuk memastikan bahwa layanan tersebut tidak melanggar norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam konteks ini, kolaborasi antara perusahaan maskapai dan pemerintah sangat penting. Harus ada kesepakatan yang jelas mengenai keterlibatan pelaku lokal dalam setiap aspek layanan. Ini akan menciptakan rasa memiliki dan kepuasan di kalangan jemaah haji.
Rekomendasi untuk Peningkatan Kualitas Layanan Haji
Berdasarkan pengamatan yang ada, rekomendasi untuk peningkatan kualitas layanan haji bisa dimulai dari pelatihan bagi awak pesawat. Pelatihan ini penting untuk membantu pramugari memahami nilai-nilai budaya dan norma yang berlaku dalam masyarakat Muslim di Indonesia.
Penting pula untuk mengevaluasi kembali kebijakan tentang jumlah awak pesawat yang berasal dari Indonesia. Mengizinkan lebih banyak pramugari lokal memiliki banyak keuntungan, mulai dari pemahaman budaya hingga kemampuan berkomunikasi dengan jemaah.
Pihak maskapai juga dapat mengoptimalkan inisiatif untuk menghadirkan pelatihan budaya bagi semua awak pesawat. Hal ini bertujuan agar mereka dapat memberikan layanan yang lebih sesuai dengan harapan jemaah, menciptakan suasana yang lebih nyaman selama perjalanan.
Dengan segala perubahan yang dilakukan, harapannya adalah jemaah haji dapat menikmati perjalanan yang tidak hanya nyaman secara fisik, tetapi juga mendukung pengalaman spiritual mereka. Mengedepankan kesopanan dalam penampilan dan sikap awak pesawat akan memberikan dampak positif bagi publik.











