Dony Ismi Saputra, seorang pejabat senior dalam manajemen pemasaran di PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), baru-baru ini mengumumkan bahwa semua model mobil yang ditawarkan di Indonesia telah disesuaikan untuk menggunakan bahan bakar bensin dengan campuran etanol 10 persen, yang dikenal sebagai E10. Ini merupakan langkah penting untuk memenuhi kebutuhan pasar dan kebijakan lingkungan yang semakin ketat di dalam negeri.
Lebih lanjut, Dony menjelaskan bahwa semua kendaraan bermesin bensin yang diproduksi oleh Suzuki sejak tahun 2018 telah dirancang untuk fleksibel terhadap berbagai jenis bahan bakar, termasuk bioetanol. Ini menunjukkan komitmen Suzuki dalam mendukung transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
“Ya, semua model mobil Suzuki kompatibel dengan E10,” tambah Dony dalam konferensi yang diadakan di Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2025, ICE BSD. Dengan pernyataan tersebut, Suzuki menunjukkan bahwa mereka siap mendukung kebijakan pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor.
Penerapan Campuran Bahan Bakar E10 di Indonesia
Pemerintah Indonesia merencanakan penerapan E10 sebagai bahan bakar standar di seluruh produk bensin mulai tahun 2027. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan energi, mengingat sekitar 60 persen kebutuhan minyak saat ini masih bergantung pada impor.
Selain itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, juga menekankan bahwa mandatory E10 telah menjadi kesepakatan yang dibahas dengan para pembicara tinggi, termasuk Presiden. Kebijakan ini dirancang untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah dan mengurangi jejak karbon di Indonesia.
Menggunakan bioetanol yang dihasilkan dari tanaman tebu adalah salah satu cara pemerintah untuk menyokong inisiatif ini. Dengan adanya alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, diharapkan ketahanan energi nasional semakin meningkat.
Tujuan Kebijakan Implementasi E10 di Sektor Energi
Salah satu tujuan utama dari adopsi E10 adalah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap minyak yang diimpor. Dengan mendayagunakan sumber daya lokal, diharapkan ekonomi domestik bisa tumbuh lebih stabil, dan ketahanan energi akan lebih terjaga.
Bahlil juga menekankan pentingnya transisi menuju energi bersih sebagai salah satu salah satu langkah untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Kebijakan ini tidak hanya fokus pada keuntungan ekonomi tetapi juga pada pencapaian tujuan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Dengan melibatkan pihak-pihak terkait, seperti industri otomotif, pemerintah berusaha memastikan bahwa implementasi E10 akan berjalan lancar dan menguntungkan bagi semua pihak. Proses ini membutuhkan kerjasama dan pemahaman yang baik antara berbagai sektor.
Persiapan Kendaraan Suzuki Menuju E10 yang Ramah Lingkungan
Suzuki telah mempersiapkan semua model mobil terbarunya sejak 2018 untuk menjalani transisi ini secara efisien. Produk seperti Grand Vitara, XL7, Ertiga, Jimny, dan model lainnya sudah siap untuk menggunakan bahan bakar E10.
Inisiatif ini menunjukkan komitmen Suzuki terhadap inovasi dan keberlanjutan. Menurut Dony, flexfuel yang diterapkan pada kendaraan mereka tidak hanya meningkatkan performa tetapi juga membantu mengurangi emisi gas buang.
Dengan banyaknya pilihan kendaraan yang kompatibel terhadap teknologi baru ini, konsumen akan memiliki lebih banyak opsi untuk memilih mobil yang sesuai dengan kebutuhan mereka sambil mendukung ke arah lingkungan yang lebih bersih.











