Dalam sebuah aksi damai yang berlangsung di depan Gedung DPRD Kota Tangsel, puluhan pengemudi ojek online dan perwakilan aliansi masyarakat menyampaikan aspirasi mereka. Aksi tersebut merupakan respons terhadap kericuhan yang terjadi di beberapa daerah, termasuk Jakarta dan Bekasi, setelah meninggalnya seorang driver Ojol, Affan Kurniawan.
Pengemudi ojek online Tangsel merasa perlu untuk menyampaikan klarifikasi atas berbagai tuduhan yang mengaitkan mereka dengan tindakan anarkis. Dalam aksinya, mereka menekankan pentingnya menyuarakan pendapat dengan damai dan menghormati fasilitas umum.
Unifikasi Komunitas Ojol untuk Menyampaikan Aspirasi
Rombongan pengemudi ojek online Tangsel diterima langsung oleh pimpinan dan anggota DPRD setempat. Pertemuan ini menjadi forum bagi mereka untuk menyampaikan keluhan mengenai maraknya aksi anarkis yang dikaitkan dengan komunitas mereka.
Ketua Keluarga Besar Ojol Kota Tangsel, Jaja, menegaskan komitmen komunitasnya terhadap prinsip damai. Dia menyatakan bahwa tindakan perusakan yang terjadi di Jakarta tidak mencerminkan sikap sebenarnya dari pengemudi ojek online di daerah tersebut.
“Kami berusaha menjaga keamanan wilayah kami,” ujarnya. Jaja menambahkan, perusakan aset publik dan ketidakamanan yang ditimbulkan aksi demonstrasi di wilayah lain telah menjadi alasan utama mengapa mereka merasa perlu berbicara.
Pentingnya Tindakan Tertib dalam Menyuarakan Pendapat
Dalam pernyataannya, Jaja menggarisbawahi bahwa menyuarakan pendapat harus dilakukan dengan cara yang tertib. Dia menekankan bahwa tindakan anarkis hanya merugikan komunitas ojek online.
“Kami merasa penting untuk menekankan bahwa kami tidak pernah mengajarkan metode yang merusak,” jelas Jaja. Dia yakin bahwa banyak peserta demonstrasi yang bertindak anarkis tidak berasal dari komunitas ojol yang sesungguhnya.
Bahkan, banyak yang diduga hanya memakai atribut ojol untuk menciptakan kerusuhan. Hal ini semakin memperumit citra komunitas ojol di mata publik dan membuat mereka ingin memperbaiki persepsi tersebut.
Ajakan untuk Mewaspadai Oknum dalam Aksi Demontrasi
Jaja kemudian memberikan solusi untuk pihak berwenang dalam menangani masalah ini. Dia mengusulkan agar pihak berwajib melakukan verifikasi terhadap peserta aksi dengan memeriksa aplikasi ojol di ponsel mereka.
“Kami ingin pihak berwenang lebih cermat dalam mengidentifikasi siapa yang benar-benar merupakan pengemudi ojol,” tegasnya. Menurutnya, jika tidak memiliki aplikasi, maka orang tersebut bukanlah bagian dari komunitas ojol yang sah.
Kehadiran orang-orang tidak bertanggung jawab yang menggunakan atribut ojol hanya akan memberikan dampak negatif. “Kita ingin menjaga hubungan baik dengan aparat penegak hukum, bukan menciptakan musuh baru,” ungkapnya.
Aksi damai ini menunjukkan betapa pentingnya bagi pengemudi ojol untuk memahami dinamika sosial yang terjadi di sekitar mereka. Mereka menyadari bahwa perusakan bukanlah jalan keluar dari setiap masalah yang ada. Dengan pendekatan damai, mereka berharap bisa meningkatkan citra serta menyampaikan aspirasi dengan lebih efektif.
Dalam era di mana media sosial dan informasi dapat dengan cepat tersebar, Jaja mengingatkan bahwa harus ada kehati-hatian dalam menyikapi setiap kejadian. Komunitas ojol di Tangsel bertekad untuk tetap fokus pada misi mereka dan menolak setiap bentuk tindakan anarkis yang hanya akan merugikan mereka.
Kedepannya, mereka berharap agar hasil dari aksi damai ini dapat menjadi perhatian pihak berwenang. Memastikan bahwa suara mereka didengar dan menjadi bagian dari solusi adalah hal yang sangat penting bagi pengemudi ojol dan masyarakat secara umum.
Dengan menjaga komunikasi yang baik dan melibatkan semua pihak, diharapkan ke depan tidak akan ada lagi kerusuhan yang berbasis pada asumsi dan prasangka. Tindakan damai dapat menjadi jalan menuju terciptanya keamanan dan ketertiban di masyarakat.