Hyundai saat ini menghadapi tantangan besar dalam bentuk aksi mogok yang berlangsung di tiga pabriknya di Korea Selatan. Mogok ini melibatkan sekitar 42 ribu anggota serikat pekerja yang menuntut kenaikan gaji, pengurangan jam kerja, dan perpanjangan usia pensiun.
Aksi mogok ini terjadi selama beberapa hari, dengan pabrik-pabrik yang akan menjadi sasaran protes meliputi Jeonju, Asan, dan Ulsan. Para pekerja menegaskan bahwa mereka perlu didengar oleh manajemen mengenai kondisi kerja dan kompensasi yang mereka terima.
Detail Tuntutan Pekerja dan Tanggal Aksi Mogok
Para pekerja menuntut kenaikan gaji pokok bulanan sebesar 141.300 won, yang setara dengan sekitar Rp1,6 juta. Selain gaji, mereka meminta alokasi sebesar 30 persen dari laba bersih perusahaan untuk tunjangan kinerja.
Di samping itu, tuntutan lain mereka adalah pengurangan jam kerja dari lima menjadi 4,5 hari seminggu. Para pekerja juga ingin perpanjangan usia pensiun dari 60 tahun menjadi 64 tahun untuk memberikan keamanan finansial yang lebih baik.
Kesepakatan untuk mogok ini diambil setelah perundingan dengan manajemen pada 2 September tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Warga yang tergabung dalam serikat, melalui pemungutan suara, mencapai kesepakatan bahwa 86 persen setuju untuk melakukan aksi mogok.
Aksi mogok kali ini menjadi yang terbesar dalam tujuh tahun terakhir dan diperkirakan akan berdampak signifikan pada lini produksi Hyundai. Pabrik Ulsan, sebagai contoh, merupakan pabrik mobil terbesar di dunia dan sangat vital bagi operasi perusahaan.
Dampak Jangka Panjang Aksi Mogok Terhadap Hyundai
Pabrik Ulsan terkenal karena memproduksi berbagai model mobil, mulai dari sedan hingga kendaraan mewah. Dengan adanya aksi mogok ini, ada kemungkinan gangguan serius pada rantai pasokan dan pengiriman produk.
Pabrik-pabrik lainnya, seperti Jeonju dan Asan, juga memberikan kontribusi besar pada portofolio produksi Hyundai. Hal ini menunjukkan bahwa aksi mogok dapat menjadi risiko besar tidak hanya bagi Hyundai, tapi juga bagi industri otomotif secara keseluruhan.
Sejarah catatan mogok sebelumnya juga menunjukkan potensi kerugian finansial yang besar bagi Hyundai. Ketika mengalami mogok pada 2016, perusahaan harus menanggung kerugian sekitar 2,5 triliun won akibat penutupan lini produksi selama 166 jam.
Dalam situasi ini, banyak pengamat industri yang khawatir bahwa mogok ini akan memberikan dampak negatif yang lebih luas. Bukan hanya pada Hyundai, tetapi juga pada para pemasok dan mitra bisnis yang bergantung pada produksi pabrik-pabrik tersebut.
Pemicu Tuntutan Kenaikan Gaji di Tengah Rekor Penjualan
Walaupun pada Juli tahun lalu Hyundai sudah menaikkan gaji pekerja sebesar 4,65 persen, serikat pekerja merasa tidak puas dan kembali menuntut kenaikan. Para pekerja mengamati bahwa meskipun keuntungan perusahaan sedang meningkat, mereka masih belum mendapatkan kompensasi yang sebanding.
Para pekerja sangat terpengaruh oleh hasil penjualan yang luar biasa di pasar internasional, khususnya di Amerika Serikat. Penjualan mobil listrik Hyundai yang meningkat menjadi salah satu faktor kunci dalam keberhasilan tersebut.
Data terbaru menunjukkan bahwa volume penjualan Hyundai di Agustus 2025 meningkat 12 persen dibanding bulan sebelumnya. Pencapaian ini adalah hasil dari produk-produk yang mendapat sambutan baik dari konsumen, seperti Ioniq 5 dan Palisade.
Randy Parker, CEO Hyundai Motor North America, menyatakan kebanggaannya terhadap pencapaian tersebut dan menunjukkan bahwa pasar mobil listrik membawa dampak signifikan bagi penjualan. Namun, pernyataan tersebut justru memperkuat tuntutan pekerja, yang merasa perlu mendapatkan bagian dari kesuksesan ini.
Pengaruh Aksi Mogok Terhadap Future Strategy Perusahaan
Saat ini, Hyundai berusaha untuk tetap berada di jalur yang kompetitif di industri otomotif global. Namun, gangguan dari aksi mogok dapat mempengaruhi strategi jangka panjang dan inovasi yang sedang dilakukan.
Pemerintah Korea Selatan juga turut memperhatikan perkembangan ini, mengingat bahwa industri otomotif adalah salah satu pilar ekonomi negara. Penyelesaian yang baik antara manajemen dan pekerja sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Hyundai, sebagai salah satu pemain utama di pasar otomotif, diharapkan dapat menemukan jalan tengah yang memuaskan kedua pihak. Seiring dengan meningkatnya tuntutan pekerja, tantangan bagi manajemen semakin besar untuk memenuhi harapan semua pemangku kepentingan.
diperlukan pendekatan inovatif dan komprehensif untuk menyelesaikan konflik ini, agar baik manajemen maupun pekerja dapat melanjutkan peran mereka dalam mendorong perusahaan menuju kesuksesan lebih lanjut.